Cerita Tersembunyi Di Desa Segoroyoso



Terletak di sisi selatan Bantul, mungkin banyak yang belum tahu tentang sejarah Desa Segoroyoso.  

Wilayah yang berada di kecamatan Pleret ini ternyata menyimpan sejarag yang cukukp menarik, khususnya dalam proses mencapai kemerdekaan Indonesia.

IWAN NURWANTO, BANTUL

Saat ini, mungkin orang akan menganggap Desa Segoroyoso hanya terkenal dengan peternakan hewan sapi dan kuda saja. Namun dibalik itu semua, ternyata di desa tersebut tersimpan bekas markas pasukan Wehkreise III pimpinan Letkol Soeharto.

Walau sudah berusia lebih dari setengah abad, Slamet Raharjo masih bisa mengingat betul tentang kisah di desanya. Ditemui di kediamannya kemarin (10/3), pria yang sekarang menjabat sebagai kepala desa ini pun dengan asyik menceritakan tentang bagaimana ketegangan pasukan Belanda, saat masuk ke Segoroyoso.

Menurut kisah yang sudah diceritakan secara turun temurun oleh pendahulunya, Slamet menuturkan sekitar tahun 1948 desa ini memang pernah diserbu puluhan pasukan Belanda. Yang dimana, adalah dengan maksud memburu Jendral Soeharto. Yang dimana beliau kala itu bertuas memimpin pasukan Indonesia untuk melawan pasukan Belanda.

Pada saat pencarian pasukan di Desa Segoroyoso, beruntung Soeharto saat itu dapat bersembunyi di dalam sebuah bangunan atau rumah. 

Ya, tempat itu adalah tempat mantan presiden ini mengatur pasukan dan menyusun strategi peperangannya.

“Pada saat itu, warga memberitahu pasukan Indonesia kalau Belanda datang. Kemudian warga pun meminta mematikan senthir yang ada di dalam rumah itu (monument),” kenang slamet

Dengan gelap gulitanya kondisi rumah, lanjut Slamet Belanda pun tidak tahu kalau ada jendral didalamnya. Sehingga strategi Serangan Satu Maret berhasil tidak diketahui, dan pasukan Soeharto berhasil menyerang pasukan Belanda dalam upaya mengusir dari Jogjakarta.

Dia pun mengatakan kalau tak sedikit pula masyarakat yang kemdian ikut dalam medan peperangan kala itu. 

Dan setelah Belanda pergi, guna mengapresiasi jasa masyarakat desa Segoroyoso. Soeharto yang pada saat itu telah menjabat presiden menobatkan bangunan yang berada di tengah-tengah desa ini sebagai monumen dan dibenarkan fungsinya pada saat itu.

Hal itu dibuktikan dengan kehadiran batu panjang bertuliskan ““Prasasti Segoroyoso Tahun 1948-1949. Di tempat ini Komandan Wehrkreisen Letkol Suharto Menyiapkan Secara Lahir Dan Batin, Sebelum Mengkomandankan Serangan Umum 1 Maret 1949,” yang berada di halaman monumen.

Pada tahun 1980 pun, lanjut Slamet desa tersebut juga pernah didatangi kembali oleh Soeharto yaitu dalam rangka mengucapkan rasa terikamasih, atas jasa masyarakat untuk membantunya.

Slamet pun menuturkan, dilapangan desa Segoroyoso juga pernah menjadi tempat landasan helicopter untuk membawa presiden yang menjabat pada saat itu. Selain untuk berkunjung, Soeharto dan istrinya juga memberikan bantuan berupa baju dan alat pengusir hama kepada hampir penduduk desa.

“Kalau menurut cerita  bapak saya (almarhum), saat itu warga gembira sekali ada helikopter datang. Lapangan dipenuhi warga dan juga tentara,” kata pria yang memiliki dua cucu ini.

Namun seiring perkembangan jaman, sejarah tersebut mulai terlupakan. Terlihat dari tidak diurusnya monumen yang ada di desa ini. Parahnya, tiga belas tahun bangunan itu diabaikan. Tepat setelah gempa dahsyat mengguncang Jogjakarta. 

Bangunan yang  menjadi saksi perjuangan masyarkat desa Segoroyoso bersama Soeharto ini, sekarang hanya teronggok bak sebuah gudang. Ya, tembok yang kotor, genteng ompong, kotoran tikus dan sarang laba-laba pun menjadi penghiasnya.

Slamet ingin ada perhatian dari para pemangu kepentingan untuk melakukan perbaikan. Harapannya bangunan tersebut bisa direstorasi, untuk mengingatkan kembali pentingnya sejarah perjuangan warga Desa Segoroyoso kepada masyarakat luas.





Komentar

Postingan Populer